Kokoinves.com – Pada sesi pertama perdagangan tanggal 10 Februari 2025, harga saham PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) mengalami tekanan cukup dalam. Saham BREN sempat turun ke level Rp6.050, yang merupakan harga terendahnya dalam tiga bulan terakhir. Kondisi ini menjadikan saham BREN terlihat lebih murah dibandingkan periode sebelumnya.
Pada pukul 09.17 WIB, saham BREN diperdagangkan di harga Rp6.300 per lembar, mengalami penurunan sebesar 10,32%. Volume transaksi tercatat mencapai 56 juta saham dengan total nilai transaksi mencapai Rp366 miliar.
Penurunan ini melanjutkan tren negatif yang telah terjadi sejak awal Februari. Dalam perdagangan 5-7 Februari 2025, saham BREN selalu berakhir di zona merah, dengan penurunan terbesar mencapai 19,94% pada Jumat, 7 Februari 2025. Padahal, pada 8 Januari 2025, saham Barito Renewables sempat menyentuh level tertinggi tahun ini di harga Rp10.650.
Beberapa faktor dapat menjadi penyebab melemahnya harga saham BREN dalam beberapa waktu terakhir. Salah satu yang paling berpengaruh adalah keputusan MSCI (Morgan Stanley Capital International) untuk mengecualikan saham BREN dari indeks acuan investasi global mereka.
Indeks MSCI merupakan salah satu tolok ukur utama bagi investor institusional dalam mengambil keputusan investasi. Saham-saham yang masuk ke dalam indeks ini biasanya mendapatkan perhatian lebih dari investor asing, yang sering kali berinvestasi dalam jumlah besar. Oleh karena itu, dikeluarkannya saham BREN dari indeks ini berpotensi mengurangi minat investor global, sehingga menekan harga sahamnya.
Menanggapi keputusan tersebut, Direktur Utama BREN, Hendra Tan, menyatakan bahwa keputusan MSCI berada di luar kendali perusahaan. “Kami menyadari peran indeks global. Keputusan untuk memasukkan atau mengecualikan perusahaan dan emiten sepenuhnya ditentukan oleh penyedia indeks dan hal ini berada di luar kendali kami,” ujar Hendra Tan pada Jumat (7/2/2025).
Selain itu, tekanan terhadap saham BREN juga bisa dipengaruhi oleh aksi ambil untung (profit taking) oleh para investor setelah sebelumnya saham ini mengalami kenaikan signifikan. Pada awal tahun, saham BREN sempat melesat tinggi sebelum akhirnya terkoreksi dalam beberapa minggu terakhir.
Meskipun menghadapi tekanan di pasar modal, manajemen BREN tetap optimistis terhadap prospek jangka panjang perusahaan. Hendra Tan menegaskan bahwa BREN akan terus fokus pada pertumbuhan berkelanjutan dengan mengandalkan keunggulan operasional, fundamental keuangan yang kuat, serta komitmen dalam menciptakan nilai jangka panjang bagi pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya.
Salah satu faktor yang mendukung optimisme ini adalah posisi keuangan BREN yang tetap solid. Emiten energi milik konglomerat Prajogo Pangestu ini memastikan bahwa mereka tidak berencana melakukan penguatan ekuitas dalam waktu dekat. “Semua unit kami beroperasi secara normal. Sejak Barito Renewables go public, kami berhasil meningkatkan kapasitas kami baik dari ekspansi organik maupun anorganik ke portofolio kami,” ujar Hendra.
Salah satu langkah strategis yang telah dilakukan adalah akuisisi pembangkit listrik tenaga angin di Sidrap dengan kapasitas 78,75 MW. Akuisisi ini memperkuat portofolio energi terbarukan BREN, yang selama ini lebih banyak didominasi oleh energi panas bumi.
Ke depan, Saham BREN memiliki rencana ambisius untuk terus memperluas kapasitas produksinya di sektor energi terbarukan. Salah satu proyek yang sedang dalam tahap pengembangan adalah penambahan kapasitas panas bumi sebesar 118,6 MW hingga tahun 2026.
Hendra mengungkapkan bahwa salah satu proyek unggulan dalam pengembangan ini adalah proyek Salak Binary, yang telah berhasil menyelesaikan uji komisioning. “Dalam tes selama 72 jam, Salak Binary berhasil menghasilkan 15,5 MW listrik, lebih tinggi dari ekspektasi awal kami,” ungkapnya.
Dengan proyek-proyek ekspansi ini, BREN semakin memperkuat posisinya sebagai pemain utama di sektor energi terbarukan di Indonesia. Keberhasilan dalam menambah kapasitas produksi akan memberikan nilai tambah bagi perusahaan dan meningkatkan daya tariknya di mata investor dalam jangka panjang.
Baca Juga : 5 Saham Ini Anjlok Terpukul Keras hingga 16% dalam Sehari
Penurunan harga saham BREN yang terjadi belakangan ini dapat dilihat dari dua sisi. Di satu sisi, penurunan ini bisa menjadi sinyal bagi investor untuk berhati-hati. Mengingat tekanan yang berasal dari dikeluarkannya saham BREN dari indeks MSCI serta aksi ambil untung yang terjadi di pasar.
Namun, di sisi lain, bagi investor jangka panjang yang percaya pada fundamental perusahaan, penurunan harga ini justru bisa menjadi peluang emas untuk masuk ke saham BREN. Dengan harga yang lebih rendah. Dengan strategi ekspansi yang jelas, proyek energi terbarukan yang terus berkembang, serta posisi keuangan yang kuat. BREN masih memiliki potensi pertumbuhan yang menarik ke depannya.
Bagi investor yang tertarik untuk berinvestasi di saham BREN, penting untuk melakukan analisis lebih lanjut dan mempertimbangkan faktor-faktor risiko yang ada. Seperti biasa, keputusan investasi yang baik adalah yang didasarkan pada riset yang matang dan strategi yang jelas.
Kokoinves.com - PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR) resmi melepas 500 juta saham miliknya di…
Kokoinves.com - Saham batu bara PT Adaro Andalan Indonesia Tbk (AADI) kembali mengalami tekanan dalam…
Kokoinves.com - Bursa Efek Indonesia (BEI) secara resmi mengumumkan penghentian sementara perdagangan saham PT Multipolar…
Kokoinves.com - Saham GOTO mengalami tekanan signifikan dan turun drastis dari level Rp 80-an. Pada…
Kokoinves.com - Saham PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN) mengalami lonjakan signifikan pada sesi pertama…
Kokoinves.com - Saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) kembali mengalami penurunan sebesar 2,51% ke…