Saham CDIA ( PT Chandra Daya Investasi Tbk) holding investasi infrastruktur yang merupakan anak usaha PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA), dan berfokus pada empat pilar utama: energi, logistik (kapal/transportasi bahan kimia/gas), pelabuhan/penyimpanan, serta air bersih. Misalnya, lini energi disebut menyumbang 73 % dari pendapatan bersih CDIA pada tahun 2024. IPO CDIA dilakukan pada 9 Juli 2025 dengan dana segar sebesar sekitar Rp 2,37 triliun. Penawaran ini menandakan bahwa pasar menaruh perhatian cukup besar terhadap profil bisnis mereka.
Faktor-faktor positif meliputi:
Ekosistem yang terintegrasi bersama grup besar (TPIA dan lainnya) → potensi sinergi.
Masuk sektor infrastruktur yang mendapat prioritas dalam kebijakan pembangunan di Indonesia.
Kapitalisasi publik masih relatif awal (IPO 2025) sehingga ruang pertumbuhan masih terbuka.
Rekam jejak permintaan IPO yang oversubscribed menunjukkan minat investor.
Namun, beberapa catatan yang perlu dilihat dengan cermat:
Karena baru saja IPO, jejak keuangan panjang (seperti profitabilitas konsisten, dividen, free‑cash‑flow besar) belum sepenuhnya matang.
Saham ini telah menunjukkan volatilitas tinggi: misalnya, rentang 52 minggu dari Rp 256 hingga Rp 2.450.
Risiko makro: perubahan regulasi, suku bunga, inflasi, atau kegagalan proyek infrastruktur bisa menghambat.
Jika kita melihat angka saat ini di sekitar Rp 1.800–1.900 (periode November 2025)
maka target naik ke Rp 2.500.000 berarti kenaikan 30–40 % atau lebih tergantung titik awal. Dari sudut estimasi analis (Rp 2.443) kenaikan tersebut bukan mustahil dalam jangka 12–18 bulan, tetapi agar tercapai ke 2026 memerlukan:
Realisasi bisnis sesuai rencana (penambahan aset/logistik/pelabuhan)
Peningkatan margin/profitabilitas yang jelas
Kondisi makro‑ekonomi Indonesia dan global yang mendukung sektor infrastruktur
Sentimen investor yang mempertahankan kepercayaan.
Saham CDIA menawarkan peluang menarik dalam sektor infrastruktur dengan dukungan grup yang kuat, dan basis pemula yang memungkinkan upside. Jika semua faktor mendukung, kenaikan menuju Rp 2.500 adalah skenario optimis yang bisa terwujud. Tapi investor harus siap dengan risiko tinggi: volatilitas, ketidak pastian proyek, dan ketergantungan pada eksekusi. Sebagai peneliti atau investor, penting untuk terus memantau laporan kuartal, realisasi proyek, dan sentimen pasar.
Emiten pertambangan terbesar di Grup Bakrie, PT Bumi Resources Tbk (BUMI), mencatatkan penurunan kinerja signifikan…
Dua emiten Indonesia tercatat resmi masuk ke indeks utama MSCI. Dalam pengarakan kuartalan yang berlaku…
JPMorgan Chase baru saja mengambil langkah besar dalam dunia keuangan digital dengan meluncurkan tokenisasi dana…
PT Pelayaran Jaya Hidup Baru Tbk (PJHB) siap melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada…
Dalam langkah yang menandai tonggak baru di dunia infrastruktur kecerdasan buatan. Konsorsium yang dipimpin oleh…
The Big Plan Behind the Surge in CBRE Affiliate Happy Hapsoro's Shares Shares of PT…