Bursa & Saham

Saham ADRO Terus Menurun, Mengapa ?

Kokoinves.com – Saham ADRO kembali menurun  dalam sesi pertama perdagangan pada 11 Februari 2025. Hingga pukul 10.31 WIB, harga saham ADRO turun 2,71% ke level Rp 2.150, yang merupakan titik terendahnya dalam satu bulan terakhir. Volume transaksi mencapai 15,37 juta saham dengan frekuensi perdagangan sebanyak 7.023 kali dan nilai transaksi sebesar Rp 33,5 miliar.

Tren Menurun Saham ADRO

Dalam periode perdagangan 6-10 Februari 2025, saham ADRO terus ditutup di zona merah. Secara bulanan, harga saham ini telah terkoreksi sebesar 8,09%, sementara dalam periode year-to-date (ytd), penurunannya mencapai 15%.

Salah satu faktor utama yang memengaruhi pergerakan harga saham ADRO adalah dampak dari spin-off.  PT Adaro Andalan Indonesia Tbk (AADI), yang membuat ADRO kehilangan 70% dari total laba bersihnya. Meski demikian, perusahaan masih memiliki kas besar senilai US$ 2 miliar setelah transaksi tersebut.

Dampak dan Potensi Dividen Besar dari ADRO

DBS Research Group mencatat bahwa kinerja keuangan ADRO hingga September 2024 melebihi ekspektasi. Namun, adanya perubahan struktur laporan keuangan pasca spin-off AADI menjadi faktor yang diperhitungkan investor. Meski demikian, dana kas yang besar di neraca ADRO membuka peluang bagi perusahaan untuk membagikan dividen final yang signifikan kepada para pemegang saham.

Dengan modal kas yang kuat, ADRO tidak hanya berpotensi memberikan yield dividen sebesar 10% dengan rasio pembayaran dividen 50%. Dari laba bersih 2024 yang diproyeksikan mencapai US$ 900 juta, tetapi juga memiliki kemampuan untuk mendanai proyek energi baru terbarukan (EBT).

Strategi ADRO dalam Pengembangan Energi Baru Terbarukan

Sebagai bagian dari strategi diversifikasi bisnisnya, ADRO tengah fokus pada pengembangan proyek energi hijau. Perseroan menargetkan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Kayan mulai beroperasi pada tahun 2030, sementara proyek panel surya direncanakan berjalan pada tahun 2028. Langkah ini diambil untuk mengurangi ketergantungan pada sektor batu bara dan memperkuat portofolio bisnis di sektor energi terbarukan.

Selain itu, ADRO juga masih memegang kepemilikan saham sebesar 15% di AADI dan 84% di PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR). ADMR sendiri saat ini tengah mengembangkan proyek smelter alumina dengan kapasitas produksi mencapai 500 ribu ton per tahun. Hal ini menegaskan komitmen ADRO dalam ekspansi bisnis di luar sektor batu bara.

Baca Juga : Harga Saham BREN Tertekan: Peluang Investasi atau Sinyal Waspada?

Prospek Investasi dan Rekomendasi Analis

DBS Research Group meyakini bahwa ADRO memiliki potensi untuk melakukan akuisisi strategis menggunakan dana hasil spin-off AADI. Jika akuisisi ini tidak dilakukan, maka laba bersih perusahaan akan tetap ditopang oleh produksi hard coking coal dari ADMR yang mencapai 6 juta ton per tahun.

Dengan fundamental keuangan yang masih kuat serta strategi ekspansi ke sektor energi hijau, ADRO diyakini dapat memanfaatkan modalnya secara optimal untuk proyek-proyek yang menguntungkan di luar batu bara. Oleh karena itu, DBS memberikan rekomendasi BUY untuk saham ADRO dengan target harga Rp 2.800 per lembar saham.

Penurunan harga saham ADRO dalam beberapa waktu terakhir dipengaruhi oleh berbagai faktor, terutama dampak spin-off AADI yang menyebabkan berkurangnya laba bersih perusahaan. Namun, dengan kas yang besar, ADRO tetap memiliki peluang untuk memberikan dividen besar serta melakukan ekspansi ke sektor energi terbarukan. Dengan proyeksi kinerja yang masih menjanjikan, saham ADRO tetap menarik untuk dikoleksi dalam jangka panjang. Bagi para investor yang mencari pertumbuhan dan stabilitas di sektor energi Indonesia.

admin

Recent Posts

Dampak Penjualan Saham Oracle pada Sektor Teknologi

Pasar saham global mengalami penurunan tajam, dipicu oleh penurunan signifikan pada saham Oracle setelah bursa…

2 weeks ago

Harga Saham IPO Superbank Mahal atau Wajar? Ini Penjelasan dan Proyeksi Keuntungannya!

Bank digital milik grup besar, Superbank, resmi menetapkan penawaran umum perdana (IPO) untuk saham dengan…

3 weeks ago

CDIA Beri Pinjaman Rp 2,35 Triliun ke Anak Usaha di Singapura untuk Ekspansi Bisnis

PT Chandra Asri Pacific Tbk (CDIA) mengumumkan rencananya untuk memberikan pinjaman kepada dua anak usahanya…

4 weeks ago

Prospektif Terhadap Saham CDIA (PT Chandra Daya Investasi Tbk) untuk tahun 2026 Dengan Target Rp 2.500.000 per saham

Profil & Potensi Bisnis Saham CDIA Saham CDIA ( PT Chandra Daya Investasi Tbk) holding…

1 month ago

Menilai Prospek Emiten Tambang & Energi Grup Bakrie Pasca Kuartal III-2025

Emiten pertambangan terbesar di Grup Bakrie, PT Bumi Resources Tbk (BUMI), mencatatkan penurunan kinerja signifikan…

1 month ago

Saham Indonesia Yang Masuk Indeks MSCI Menjadi Peluang untuk Investor

Dua emiten Indonesia tercatat resmi masuk ke indeks utama MSCI. Dalam pengarakan kuartalan yang berlaku…

2 months ago