Kokoinves.com – Adaro Energy Indonesia (ADRO), salah satu perusahaan tambang batu bara terkemuka, mengumumkan rencana pembagian dividen jumbo untuk para pemegang sahamnya. Dividen tambahan ini akan mencapai hingga US$ 2,63 miliar atau sekitar Rp 41,4 triliun (kurs Rp15.751). Adaro saat ini menunggu persetujuan dari Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) yang akan diadakan pada 18 November 2024.
Keputusan ini muncul setelah Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada 18 Oktober 2024, yang menyetujui pemisahan unit usaha batu bara termal, Adaro Andalan Indonesia (AAI). Langkah ini dianggap sebagai bagian dari restrukturisasi untuk memisahkan bisnis inti pertambangan dan mendukung sinergi dengan unit bisnis lain, seperti Adaro Minerals dan Adaro Green.
Motivasi Spinoff Adaro Andalan Indonesia
Adaro melakukan spinoff terhadap Adaro Andalan Indonesia (AAI) dengan tujuan memisahkan bisnis batu bara termal dari pilar bisnis lainnya, seperti bisnis pertambangan mineral dan energi hijau. Dengan memisahkan unit-unit ini, Adaro berharap dapat meningkatkan efisiensi bisnis serta menarik investor baru yang mendukung bisnis berkelanjutan.
Langkah ini juga dilatarbelakangi oleh tantangan Adaro dalam memperoleh pendanaan dari bank-bank internasional. Beberapa lembaga keuangan global, seperti DBS Singapura dan Standard Chartered, menolak memberikan pinjaman karena proyek-proyek batu bara Adaro yang dianggap berkontribusi pada emisi karbon tinggi. Penolakan ini mencerminkan perubahan tren global di mana banyak investor dan lembaga keuangan lebih memilih untuk mendanai proyek yang ramah lingkungan.
Tantangan dan Kritik terhadap Proyek Hijau Adaro
Rencana pembangunan smelter aluminium di Kawasan Industri Hijau Kalimantan Utara yang didukung oleh Adaro juga mendapat perhatian dari aktivis lingkungan. Proyek ini dikritik sebagai bentuk “greenwashing,” atau upaya untuk membangun citra ramah lingkungan yang sesungguhnya tidak mencerminkan realitas. Kritik ini mendorong beberapa kelompok, termasuk penggemar K-pop, untuk mendesak Hyundai agar mempertimbangkan rantai pasoknya terkait kerja sama dengan Adaro.
Dalam perkembangannya, Hyundai akhirnya membatalkan kemitraan dengan Adaro pada proyek smelter aluminium. Meskipun demikian, Adaro berhasil mendapatkan pinjaman sindikasi senilai US$ 981,40 juta dan Rp 1,55 triliun untuk mendanai proyek smelter ini. Bank Mandiri ditunjuk sebagai agen fasilitas dalam pendanaan ini, meski Adaro tidak merinci pihak-pihak lain yang terlibat dalam sindikasi tersebut.
Sumber Dana Dividen Jumbo Adaro
Pihak Adaro menjelaskan bahwa dana untuk dividen jumbo ini sebagian besar berasal dari saldo laba perusahaan pada akhir tahun sebelumnya, yang mencapai US$ 5,15 miliar dan meningkat menjadi US$ 5,93 miliar dalam laporan keuangan terbaru. Dengan saldo kas internal yang kuat, Adaro memastikan bahwa pembagian dividen ini tidak akan mengganggu arus kas perusahaan.
Namun, Adaro juga membuka opsi untuk mendanai dividen melalui pinjaman bank jika diperlukan. Pendekatan ini memungkinkan perusahaan untuk mengelola dana kas internal secara efisien sambil memastikan bahwa dana cadangan tetap terjaga untuk mendukung operasi bisnis jangka panjang.
Peluang Bagi Pemegang Saham melalui Penawaran Saham
Pembagian dividen jumbo ini juga menjadi peluang bagi pemegang saham Adaro untuk terlibat dalam kepemilikan saham PT Adaro Andalan Indonesia melalui skema Penawaran Umum Oleh Pemegang Saham. Skema ini mengacu pada Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Republik Indonesia Nomor 76/POJK.04/2017 yang memungkinkan pemegang saham untuk membeli saham tambahan sesuai pilihan mereka. Strategi ini diharapkan dapat memperkuat loyalitas pemegang saham dan menambah nilai investasi mereka di masa depan.
Strategi Adaro di Tengah Tantangan Lingkungan dan Keuangan
Keputusan Adaro untuk melakukan spinoff dan menawarkan dividen jumbo mencerminkan strategi perusahaan dalam menghadapi tantangan global terhadap industri batu bara. Dengan mengoptimalkan sinergi melalui pemisahan unit usaha dan mengadopsi strategi pendanaan yang fleksibel, Adaro berharap dapat mempertahankan daya saing di pasar energi yang terus berkembang.
Baca Juga : Saham PTRO Stock Split 1:10: Alasan dan Dampaknya Bagi Investor