Kokoinves.com – Pasar saham Indonesia saat ini menawarkan peluang menarik bagi investor, mengingat harga saham yang tergolong paling murah di kawasan ASEAN. Dengan kondisi ini, langkah apa yang sebaiknya diambil oleh para investor?
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami penurunan tajam hingga lebih dari 6% pada sesi pertama perdagangan. Namun, setelah sesi kedua dibuka, penurunan tersebut mulai mereda, dan IHSG tercatat melemah 3,97% ke level 6.218 saat berita ini ditulis.
Menurut Direktur Pengembangan Bursa Efek Indonesia (BEI), Jeffrey Hendrik, saat ini rasio harga terhadap laba (P/E ratio) saham-saham di BEI telah mencapai angka 10. Angka ini merupakan yang terendah di antara negara-negara ASEAN lainnya. Kondisi ini mencerminkan bahwa banyak saham di Indonesia sedang berada dalam kondisi undervalued, yang bisa menjadi peluang bagi investor untuk membeli saham dengan harga murah dan potensi keuntungan di masa depan.
IHSG yang mengalami tekanan ini juga dipengaruhi oleh faktor global, seperti ketidakpastian ekonomi dunia, perubahan kebijakan suku bunga oleh bank sentral utama, serta fluktuasi harga komoditas. Dengan berbagai faktor yang mempengaruhi pasar, penting bagi investor untuk memahami dinamika ini sebelum membuat keputusan investasi.
Jeffrey menyarankan agar para investor tidak terburu-buru dalam mengambil keputusan. Ia menekankan pentingnya menganalisis fundamental perusahaan serta tetap rasional dalam berinvestasi. Dengan pendekatan yang tepat, investor dapat memanfaatkan kondisi ini sebagai peluang untuk meraih keuntungan jangka panjang.
Rasio P/E yang rendah sering kali dianggap sebagai indikasi bahwa saham tersebut undervalued. Jika fundamental perusahaan solid, maka harga saham yang murah ini berpotensi mengalami kenaikan di kemudian hari, memberikan keuntungan bagi investor yang membeli di harga bawah.
Selain melihat rasio P/E, investor juga disarankan untuk memperhatikan faktor lain seperti arus kas perusahaan, pertumbuhan pendapatan, serta kebijakan dividen. Perusahaan dengan fundamental yang kuat dan memiliki prospek bisnis yang cerah berpeluang memberikan keuntungan yang lebih besar di masa depan.
Menurut Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta, kondisi IHSG saat ini mencerminkan sikap investor yang masih menunggu adanya kebijakan ekonomi yang lebih mendukung pasar modal (pro-market).
Nafan menilai bahwa beberapa sentimen negatif masih membayangi pasar domestik Indonesia, salah satunya adalah pelemahan daya beli kelas menengah. Kondisi ini mempengaruhi prospek ekonomi makro yang dinilai kurang kondusif untuk pertumbuhan investasi.
Selain itu, faktor seperti deflasi dan depresiasi rupiah juga menambah tekanan terhadap pasar saham. Keadaan ini membuat investor semakin berhati-hati dalam menempatkan modalnya di pasar domestik.
Faktor eksternal seperti ketidakstabilan geopolitik dan kebijakan moneter dari negara-negara maju juga turut mempengaruhi pergerakan pasar saham Indonesia. Hal ini membuat investor global lebih selektif dalam menempatkan investasinya, memilih negara yang memiliki stabilitas ekonomi yang lebih baik.
Nafan menegaskan bahwa untuk mengembalikan kepercayaan investor, diperlukan kebijakan ekonomi yang lebih mendukung pasar modal. Jika pemerintah mampu menghadirkan regulasi yang lebih pro-market, maka investor—baik domestik maupun asing—akan lebih tertarik untuk berinvestasi di Indonesia.
Saat ini, investor asing cenderung mencari pasar yang memiliki kebijakan ekonomi yang stabil dan mendukung pertumbuhan investasi. Oleh karena itu, Indonesia perlu memperkuat kebijakan yang mendukung ekosistem pasar modal agar bisa bersaing dengan negara emerging market lainnya.
Selain itu, transparansi dalam regulasi, insentif pajak bagi investor, serta kebijakan moneter yang stabil dapat menjadi faktor penting dalam menarik minat investor asing. Pemerintah dan regulator pasar modal perlu bekerja sama untuk menciptakan iklim investasi yang lebih kondusif dan kompetitif.
Bagi investor yang ingin memanfaatkan kondisi ini, beberapa sektor di pasar saham Indonesia memiliki prospek cerah. Sektor-sektor seperti perbankan, infrastruktur, teknologi, dan komoditas diprediksi masih memiliki potensi pertumbuhan yang baik.
Investor sebaiknya melakukan riset mendalam terhadap perusahaan-perusahaan di sektor tersebut sebelum mengambil keputusan investasi. Memilih saham dengan fundamental kuat dan prospek pertumbuhan yang baik akan meningkatkan peluang keberhasilan dalam berinvestasi.
Baca Juga : Saham Barito Pacific (BRPT) Catat Lonjakan Laba Bersih 116% di Tahun 2024
Meskipun pasar saham Indonesia saat ini mengalami berbagai tantangan. Kondisi undervalued yang terjadi bisa menjadi peluang emas bagi investor yang cermat. Dengan analisis yang tepat dan kebijakan pemerintah yang lebih mendukung, potensi keuntungan dari investasi di pasar saham Indonesia tetap terbuka lebar.
Bagi para investor, ini adalah saat yang tepat untuk melakukan riset mendalam, memilih saham dengan fundamental yang kuat, serta mengambil keputusan berdasarkan analisis yang rasional. Dengan begitu, mereka dapat memanfaatkan kondisi ini untuk meraih keuntungan jangka panjang di pasar saham Indonesia.
Ke depan, dengan adanya perbaikan kebijakan ekonomi dan dukungan dari regulator, pasar saham Indonesia berpotensi kembali bangkit dan menjadi salah satu pilihan investasi terbaik di kawasan ASEAN.
Kokoinves.com - PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) merupakan salah satu bank terbesar di Indonesia yang…
Kokoinves.com - PT Astra Otoparts Tbk (AUTO), salah satu produsen komponen otomotif terbesar di Indonesia,…
Kokoinves.com - PT Segar Kumala Indonesia Tbk (BUAH), perusahaan distribusi buah segar terkemuka di Indonesia,…
Kokoinves.com - PT Prodia Widyahusada Tbk (PRDA) kembali menunjukkan komitmennya kepada para pemegang saham dengan…
Kokoinves.com - PT Matahari Department Store Tbk (LPPF), salah satu raksasa ritel ternama di Indonesia…
Kokoinves.com - Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI) Danantara tengah bersiap mengambil langkah strategis…