Kokoinves.com – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali menunjukkan performa yang variatif setelah beberapa hari mengalami tekanan. Pada penutupan perdagangan Kamis (31/10/2024), IHSG berhasil mencatatkan kenaikan tipis sebesar 0,06% dan ditutup di level 7.574,02. Total nilai transaksi hari itu mencapai sekitar Rp 13 triliun, dengan volume perdagangan yang melibatkan sekitar 21 miliar saham, berpindah tangan sebanyak 1,4 juta kali. Tercatat ada 294 saham yang mengalami kenaikan, sementara 285 saham terkoreksi, dan 208 saham stagnan.
Penjualan Bersih Saham Blue Chip Investor Asing di Pasar Saham
Di tengah penguatan IHSG, investor asing tercatat melakukan aksi jual bersih atau net sell saham blue chip dengan nilai mencapai Rp340,75 miliar di seluruh pasar. Penjualan bersih ini terdiri dari Rp85,08 miliar di pasar reguler dan Rp255,67 miliar di pasar negosiasi dan tunai. Aksi jual asing ini memberikan tekanan tersendiri terhadap beberapa saham unggulan (blue chip) di bursa.
Berikut adalah daftar saham-saham yang mencatatkan net foreign sell terbesar pada perdagangan Kamis, menurut data dari RTI Business:
- PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) – Rp209,3 miliar
- PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) – Rp139,0 miliar
- PT Astra International Tbk. (ASII) – Rp109,5 miliar
- PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) – Rp62,5 miliar
- PT Bumi Resources Minerals Tbk. (BRMS) – Rp59,3 miliar
- PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM) – Rp34,3 miliar
- PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk. (CPIN) – Rp15,4 miliar
- PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM) – Rp14,6 miliar
- PT Triputra Agro Persada Tbk. (TAPG) – Rp13,0 miliar
- PT Vale Indonesia Tbk. (INCO) – Rp13,0 miliar
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penjualan Saham Blue Chip oleh Investor Asing
Aksi jual saham oleh investor asing sering kali dipicu oleh berbagai faktor, baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Berikut adalah beberapa alasan yang mungkin memengaruhi aksi jual ini:
- Kondisi Ekonomi Global: Ketidakpastian ekonomi global, terutama yang dipengaruhi oleh faktor inflasi dan suku bunga di negara maju, sering kali membuat investor asing lebih berhati-hati dalam menempatkan dana di pasar saham negara berkembang.
- Fluktuasi Nilai Tukar: Perubahan nilai tukar mata uang juga bisa menjadi faktor yang mendorong investor asing untuk melakukan aksi jual. Melemahnya rupiah terhadap dolar, misalnya, dapat mengurangi daya tarik investasi di Indonesia.
- Kebijakan Ekonomi Domestik: Keputusan pemerintah atau Bank Indonesia terkait kebijakan moneter dan fiskal, seperti suku bunga atau stimulus ekonomi, turut memengaruhi aliran dana asing di pasar saham.
Pengaruh Terhadap IHSG dan Prospek Pasar
Meski aksi jual asing memberikan tekanan pada beberapa saham blue chip, IHSG masih mampu bertahan di zona hijau. Ini menunjukkan adanya dukungan dari investor domestik yang membantu menstabilkan indeks di tengah aksi jual asing. Di sisi lain, kenaikan tipis IHSG ini menjadi sinyal positif, meskipun masih ada kekhawatiran mengenai volatilitas di pasar.
Rekomendasi untuk Investor
Bagi investor lokal, tetap bijaksana dalam menyikapi aksi jual asing ini. Mengikuti perkembangan ekonomi dan kebijakan baik di dalam maupun luar negeri akan membantu dalam mengambil keputusan yang lebih baik. Memperhatikan saham-saham dengan fundamental yang kuat juga merupakan strategi yang disarankan untuk menghadapi kondisi pasar yang fluktuatif.
Dengan tetap waspada terhadap berbagai dinamika yang terjadi, para investor diharapkan dapat tetap optimis dalam meraih peluang dari pergerakan IHSG di masa mendatang.
Baca Juga : Jadwal dan Informasi Pembagian Dividen Interim Sido Muncul (SIDO) 2024