Bursa & Saham

Dampak Penjualan Saham Oracle pada Sektor Teknologi

Pasar saham global mengalami penurunan tajam, dipicu oleh penurunan signifikan pada saham Oracle setelah bursa saham tutup. Hal ini memicu penurunan di pasar Asia dan Eropa pada hari Kamis. Dengan fokus investor kembali terarah pada keberlanjutan lonjakan saham yang didorong oleh kecerdasan buatan (AI). Penurunan saham Oracle, yang melaporkan pendapatan dan laba operasional di bawah ekspektasi, menjadi titik sorotan utama.

Perkembangan Pasar AS dan Dampak Penurunan Saham Oracle

Pada sesi Rabu, pasar saham AS sempat naik, setelah Federal Reserve memutuskan untuk memangkas suku bunga sebesar 0,25%. Namun, komentar Ketua Fed, Jerome Powell, mengenai potensi kelemahan pasar tenaga kerja yang bersifat dovish justru memicu kekhawatiran di kalangan investor. Meskipun ada tiga pejabat Fed yang menentang keputusan pemangkasan suku bunga, sentimen pasar positif berlangsung hingga penutupan bursa.

Namun, setelah bursa tutup, saham Oracle merosot lebih dari 11% pada perdagangan setelah jam kerja. Hal ini dipicu oleh pendapatan yang lebih rendah dari yang diharapkan, meskipun perusahaan berencana untuk meningkatkan belanja modal pusat data sebesar $15 miliar. Pengumuman ini menambah ketidakpastian dalam pasar teknologi, dengan investor kini khawatir tentang potensi dampak lebih lanjut pada sektor ini.

Dolar AS Tertekan dan Pergerakan Pasar Global

Kontrak berjangka saham AS menunjukkan indikasi pembukaan yang lebih rendah pada Kamis, dengan kontrak berjangka Nasdaq mengalami penurunan tajam lebih dari 1%. Sementara itu, kontrak berjangka S&P 500 dan Dow Jones Industrial Average masing-masing turun sekitar 0,9% dan 0,5%. Meskipun demikian, perubahan dalam kontrak berjangka tidak selalu memprediksi arah pasar setelah pembukaan.

Di Eropa, dampak dari penurunan saham Oracle mulai terasa, dengan indeks-indeks utama mengalami penurunan. Indeks AEX Belanda turun 0,5%, sementara DAX Jerman juga mengalami penurunan 0,4%, terutama dipengaruhi oleh saham SAP yang turun 2,9%. Di sektor teknologi, indeks Stoxx Europe 600 mengalami penurunan sebesar 0,8%, sedangkan indeks utama Stoxx 600 Eropa turun 0,2%. Beberapa indeks di Eropa, seperti FTSE MIB Italia, juga mengalami penurunan meskipun ada kenaikan di beberapa saham ritel mewah.

Pasar Asia, terutama Jepang dan Korea Selatan, juga ditutup lebih rendah. Indeks Nikkei Jepang turun 0,1%, sementara saham SoftBank jatuh tajam 7,7%. Indeks Kospi Korea Selatan tergerus 0,6%, dengan perusahaan teknologi besar SK Square turun 5,1%. Saham SK Hynix, yang merupakan pemasok utama produk memori untuk Nvidia, juga turun setelah mendapat peringatan dari Bursa Efek Korea tentang harga saham yang terlalu tinggi.

Tekanan pada Dolar AS dan Sentimen Risiko yang Meluas

Dolar AS tetap berada di bawah tekanan, tertekan oleh pemangkasan suku bunga oleh The Fed. Menurut analis Commerzbank, Michael Pfister, pernyataan Powell menunjukkan bahwa risiko inflasi tidak seberat potensi pelemahan pasar tenaga kerja, yang dapat membuka jalan bagi pemotongan suku bunga lebih lanjut di tahun mendatang. Hal ini tercermin dalam penurunan indeks dolar AS (DXY) yang turun 0,1% menjadi 98,667 setelah mencapai level terendah 98,537.

Sementara itu, Bitcoin terpantau turun sekitar 2,3%, menyentuh harga $90.222 di tengah sentimen risiko yang meluas di pasar. Di pasar obligasi, imbal hasil obligasi Treasury AS menurun setelah pemangkasan suku bunga, dengan imbal hasil obligasi 10 tahun turun menjadi 4,124%. Imbal hasil obligasi pemerintah zona euro dan Inggris juga mengikuti arah tersebut, mencerminkan sentimen pasar yang lebih hati-hati menjelang akhir tahun.

Kenaikan Harga Emas dan Penurunan Harga Minyak

Di pasar komoditas, harga emas dan perak mengalami kenaikan yang signifikan. Emas naik 0,4% menjadi $4.241,90 per troy ounce, sementara perak melonjak 2,2% menjadi $62,39 per ounce. Kedua logam mulia ini menuju kinerja tahunan terbaik mereka sejak 1979, didorong oleh permintaan bank sentral yang tinggi dan pergeseran investor yang lebih memilih aset aman di tengah ketidakpastian pasar.

Sementara itu, harga minyak mengalami penurunan setelah sempat naik sebelumnya. Minyak Brent dan WTI masing-masing turun 1,2% menjadi $61,46 dan $57,73 per barel. Penurunan ini terjadi meskipun ada kejadian di mana AS menyita sebuah tanker minyak lepas pantai Venezuela. Laporan bulanan dari Badan Energi Internasional (IEA) dan OPEC dijadwalkan akan dirilis pada Kamis, yang diperkirakan akan memberikan gambaran lebih lanjut tentang dinamika pasar energi global.

admin

Recent Posts

Harga Saham IPO Superbank Mahal atau Wajar? Ini Penjelasan dan Proyeksi Keuntungannya!

Bank digital milik grup besar, Superbank, resmi menetapkan penawaran umum perdana (IPO) untuk saham dengan…

1 week ago

CDIA Beri Pinjaman Rp 2,35 Triliun ke Anak Usaha di Singapura untuk Ekspansi Bisnis

PT Chandra Asri Pacific Tbk (CDIA) mengumumkan rencananya untuk memberikan pinjaman kepada dua anak usahanya…

2 weeks ago

Prospektif Terhadap Saham CDIA (PT Chandra Daya Investasi Tbk) untuk tahun 2026 Dengan Target Rp 2.500.000 per saham

Profil & Potensi Bisnis Saham CDIA Saham CDIA ( PT Chandra Daya Investasi Tbk) holding…

3 weeks ago

Menilai Prospek Emiten Tambang & Energi Grup Bakrie Pasca Kuartal III-2025

Emiten pertambangan terbesar di Grup Bakrie, PT Bumi Resources Tbk (BUMI), mencatatkan penurunan kinerja signifikan…

4 weeks ago

Saham Indonesia Yang Masuk Indeks MSCI Menjadi Peluang untuk Investor

Dua emiten Indonesia tercatat resmi masuk ke indeks utama MSCI. Dalam pengarakan kuartalan yang berlaku…

1 month ago

JPMorgan Meluncurkan Tokenisasi Dana Ekuitas Swasta di Blockchain Miliknya

JPMorgan Chase baru saja mengambil langkah besar dalam dunia keuangan digital dengan meluncurkan tokenisasi dana…

1 month ago