Kokoinves.com – Pada perdagangan sesi pertama tanggal 4 November 2024, saham PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) mengalami kenaikan tajam sebesar 6,35% dan ditutup di level Rp 402. Bahkan, saham BRMS sempat mencapai Rp 408, yang merupakan level tertinggi dalam satu dekade terakhir. Saham BRMS menjadi incaran investor, dengan volume transaksi mencapai 1,25 miliar lembar saham, di mana transaksi ini terjadi sebanyak 25,43 ribu kali dengan total nilai Rp 498 miliar. Nilai transaksi ini membawa BRMS ke posisi pertama dalam top value perdagangan pada sesi tersebut, mengungguli saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) yang mencapai Rp 495,62 miliar.
Rencana Pembiayaan dan Pengembangan Infrastruktur BRMS
BRMS saat ini sedang mengaudit laporan keuangan kuartal III-2024 sebagai bagian dari upaya perusahaan untuk memperoleh pendanaan dari bank. Pendanaan ini direncanakan untuk mendukung belanja modal dalam membangun infrastruktur yang akan memfasilitasi eksplorasi tambang bawah tanah di Palu dan proyek pengeboran (drilling campaign) guna memperbesar cadangan tembaga di Gorontalo, Sulawesi. Analis dari Samuel Sekuritas, yaitu Farras Farhan dan Hernanda Cahyo, telah mengungkapkan tingginya minat investor terhadap rencana ekspansi perusahaan, khususnya dengan penambahan kapasitas produksi sebesar 4.000 ton per hari (tpd) dan pengembangan tambang bawah tanah yang ditargetkan beroperasi pada 2027 di Citra Palu Mineral (CPM).
Keterlibatan AP Investment dan Grup Salim dalam Pengembangan BRMS
Pertumbuhan saham BRMS juga didorong oleh dukungan AP Investment dan Grup Salim, yang diperkirakan akan meningkatkan Compound Annual Growth Rate (CAGR) BRMS pada periode 2024-2028F sebesar 22% untuk EBITDA dan 19,2% untuk EPS. Berdasarkan riset Samuel Sekuritas, target harga (target price) BRMS ditetapkan di Rp 500, yang mencerminkan potensi kenaikan 35,9% dengan valuasi SOTP (Sum of the Parts) pada US$ 26,6 EV/cadangan. Rekomendasi mereka untuk saham BRMS adalah “Beli”.
Strategi Pembiayaan dan Target Produksi BRMS untuk Masa Depan
BRMS dikendalikan oleh PT Bumi Resources Tbk (BUMI), di mana Grup Bakrie dan Salim adalah pemegang kepentingan utamanya. Charles Gobel, selaku CFO dan Direktur BRMS, menyatakan bahwa perusahaan menargetkan untuk memperoleh fasilitas pinjaman pada kuartal pertama 2025. Dengan dukungan pinjaman ini, BRMS berencana memulai pengembangan tambang bawah tanah di Palu pada kuartal kedua 2025, yang nantinya akan memproses bijih emas dengan kualitas lebih tinggi pada akhir tahun 2027. Charles juga menambahkan bahwa rincian capex (belanja modal) serta rencana pembiayaan akan disampaikan bersamaan dengan laporan keuangan kuartal III-2024 yang telah diaudit pada akhir November 2024.
Peningkatan Produksi dan Rilis Data Sumber Daya JORC
Herwin Hidayat, Chief Investor Relations & Direktur BRMS, menjelaskan bahwa pada bulan September lalu, BRMS telah merilis data sumber daya mineral JORC melalui anak usahanya, PT Citra Palu Minerals (CPM). BRMS juga mengontrak PT Macmahon Indonesia sebagai mitra penambangan di wilayah River Reef (Poboya, Palu). Pada akhir November 2024, BRMS berencana mengumumkan data cadangan mineral JORC yang akan mencakup kadar emas yang lebih tinggi, sebagai lanjutan dari laporan sumber daya mineral yang telah diumumkan sebelumnya. Selain itu, BRMS juga akan merilis laporan keuangan kuartal III-2024 yang mencerminkan peningkatan produksi dan harga jual emas yang lebih tinggi.
Baca Juga : Investor Asing Kembali Melepas Saham Blue Chip di Bursa
Kinerja Produksi dan Harga Jual Emas Tahun 2024
Selama periode Januari hingga September 2024, BRMS mencatatkan produksi emas sebesar 45.366 ons dengan harga jual rata-rata sebesar US$ 2.347 per ons. Hasil ini menunjukkan peningkatan produksi emas yang signifikan, sekaligus mencerminkan kenaikan harga jual emas di pasar global. Peningkatan ini memberikan prospek positif bagi pertumbuhan BRMS ke depan, seiring dengan rencana ekspansi dan pengembangan infrastruktur yang sedang berjalan.